Rabu, 31 Oktober 2012

PRODUKSI TANAMAN SAYURAN (sawi)


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Negara kita ini, Indonesia sangat penting bagi masyarakatnya untuk mengkonsumsi sayur-sayuran yang memiliki banyak manfaat yaitu dalam pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Aspek klimatologis di negara ini sangat mendukung dan tepat untuk mengembangkan bisnis sayuran. Sayuran yang mungkin bisa dikembangkan adalah sayuran sawi.
            Sawi pada dasarnya bukan berasal dari Indonesia, sedangkan menurut aslinya berasal dari Asia. Indonesia memiliki kecocokan terhadap iklim, cuaca, dan tanahnya sehingga sangat cocok untuk dikembangkan di Indonesia. Daerah penanaman yang cocok pada tanaman sawi ini adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Selama ini tanaman sawi dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter di atas permukaan laut. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bils di tanam pada akhir musim penghujan.
Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7. Pada praktikum kali ini kita akan mencoba untuk membudidayakan salah satu tanaman hortikultura yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia yaitu sawi, dimana pada praktikum ini kita mencoba untuk menghasilkan tanaman sawi yang bagus dan berkualitas tinggi. Budidaya tanaman sawi yang akan dilakukan harus selalu diamati perkembangan dan pertumbuhannya baik itu dari ketahanannya terhadap hama penyakit tumbuhan dan juga selalu dipenuhi kebutuhan unsur haranya agar produksi menjadi baik. 

1.2  Tujuan dan Manfaat
1.2.1        Tujuan
1.    Untuk mengenal jenis-jenis tanaman sayuran.
2.    Untuk melakukan teknik budidaya tanaman sayuran sesuai jenisnya.
1.2.2        Manfaat
1.    Dapat mengenal jenis-jenis tanaman sayuran.
2.    Dapat melakukan teknik budidaya tanaman sayuran sesuai jenisnya.

 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Permintaan komoditas sayuran olahan oleh pasar global dunia dilaporkan mencapai sekitar 10 juta ton pertahun. Dengan demikian kemungkinan untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor sayuran dari Indonesia di masa yang akan datang masih sangat besar. Keberhasilan Indonesia dalam meraih pangsa pasar yang lebih besar akan sangat tergantung pada kemampuan memproduksi jenis-jenis sayuran yang diinginkan dan mempunyai kualitas yang sesuai dengan standar mutu internasional. Masalah peningkatan kuantitas dan kualitas produksi sayuran yang diinginkan membawa konsekuensi pada perlunya perhatian yang serius tentang pengadaan benih sayuran yang bermutu. Keberhasilan budidaya sayuran utama di Indonesia sangat ditentukan oleh ketersediaan benih sayuran yang bermutu secara berkesinambungan. Sedangkan ketersediaan benih sangat dipengaruhi oleh berbagai kebijakan dalam bidang pertanĂ­an oleh pemerintah Indonesia (Anwar et al., 2005).
Dalam sistem usaha pertanian sayuran di Indonesia  masih di dominasi oleh sistem pengelolaan  rakyat. Sistem  pengelolaan rakyat dicirikan dengan  sebatas kantongkantong produksi yang bersifat kawasan produksi,  pertanaman menggunakan teknologi sederhana dan penggunaan informasi pasar  belum memadai, modal terbatas, dan lebih bersifat individu. Usahatani sayuran memiliki ketergantungan tinggi terhadap preferensi konsumen (pasar), sehingga kondisi tersebut harus segera diperbaiki dan diubah  agar dapat bersaing di pasar. Hingga saat ini perilaku petani dalam melaksanakan usaha pertanian selalu berpijak sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Oleh karena itu perubahan tersebut harus berpijak dari kapasitas petani. Tanpa dimulai dari kapasitas, segala upaya yang dilakukan untuk keberhasilan usahatani tidak akan berhasil secara berkelanjutan. Kapasitas petani adalah daya-daya yang dimiliki pada pribadi petani untuk dapat menetapkan tujuan usahatani secara tepat dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara yang tepat pula (Herman, 2008).
Klasifikasi dari tanaman sawi secara lengkap yaitu:
Devisi              : Spermathophyta
Subdivisi         : Angiospermae
Class                : Dicotyledonae
Ordo                : Rhoeadales (Brassicales)
Genus              : Brassica
Spesies            : Brassica juncea
Secara umum tanaman sawi biasanyamempunyai daun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Petani Indonesia di masa lalu hanya mengenal tiga macam jenis sawi yang biasanya dibudidayakan yaitu sawi putih, sawi hijau, dan sawi huma. Saat ini, konsumen lebih mengenal caisim alias bakso. Selain jenis-jenis sawi tersebut dikenal pula jenis sawi kriting dan sawi monumen (Haryanto, 1995).
            Ada beberapa jenis sawi yang dibudidayakan diantaranyaadalah:
a.    Sawi putihmerupakan jenis yang paling banyak dikonsumsi sebagai sayuran segar, karena memiliki rasa yang paling enak diantara jenis sawi lainnya, jenis ini dapat hidup dilahan kering.
b.    Sawi hijau atau sawi asin, batangnya panjang tetapi tegap dan banyak dibudidayakan dilahan kering tetapi cukup pengairannya.
c.    Sawi huma, mempunyai daun sempit, panjang dan berwarna hijau keputihan. Jenis tumbuh baik jika ditanam ditempat kering, seperti tegalan dan huma.
d.   Sawi kriting, ciri sawi ini yakni daunnya kriting dan amat mirip dengan sawi hijau, dapat hidup di lahan kering dengan pengairan yang cukup.
e.    Sawi monumenn, tumbuhnya amat tegak dan berdaun kompak, daunnya berwarna hijau segar dan tangkai daun berwarna putih. Sekilas penampilan sawi ini seperti petsai dan tergolong terbesar dan terberat diantara jenis sawi lainnya. Jenis sawi yang banyak digemari adalah sawi putih, sawi hijau dan sawi kriting. Ketiga jenis sawi tersebut cocok ditanam untuk daerah Riau (Karida, 2000).
Produk pertanian yang dikonsumsi segar dan banyak diusahakan secara organik adalah tanaman sayuran. Tanaman sawi hijau (Brussica juncea L.) salah satu jenis sayuran yang populer dan banyak dikonsumsi, karena sawi kaya akan sumber vitamin serta mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Produksi sawi berkembang dari tahun ke tahun dengan disertai luas penanaman yang juga meningkat. Pada tahun 2005, luas panen 100.00 ha dengan produksi 1.150 ton, sedangkan pada tahun 2006 luas panen 253.00 ha dengan produksi 2.909 ton. Pemupukan yang tepat dan benar akan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Peningkatan daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit tertentu, meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil (Anom, 2008).            
  
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum acara Produksi Tanaman Sayur dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 31 Maret 2012 pada pukul 15.00 WIB sampai selesai, bertempat di Agroteknopark..

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Cetok
2. Cangkul
3. Sabit
4. Roll meter

3.2.2 Bahan
1. Bibit sawi
2. Pelepah pisang
3. Pupuk

3.3 Cara Kerja
1. Menebar pupuk kandang pada bedengan kemudian mengaduk-aduk kedalam tanah sambil menggemburkan bedengan.
2.  Mencampur Urea, SP-36 dan KCl kemudian segera menebar pada bedengan seperti halnya pupuk kandang kemudian mengaduk-aduk juga kedalam tanah.
3.    Melakukan pemupukan susulan pada umur 15 HST, menggunakan jenis dan dosis pupuk Urea 200 kg/ha dan KCl 75 kg/ha kemudian mencampur kedua pupuk tersebut dan segera menaburkan pada alur disamping tanaman pada jarak 10-12 cm dari pokok tanaman, kemudian menutup dengan tanah.
4.    Melakukan penyulaman pada 7 HST, jika menemukan tanaman yang mati dengan bibit baru.
5.    Melakukan penyiangan gulma disekitar tanaman termasuk di selokan.
6.    pengendalian hama dan penyakit tanaman.   
 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel pengamatan pertumbuhan tanaman
Kelompok/Perlakuan
Rerata Jumlah Daun
M-1
M-2
M-3
M-4
M-5
1
4
4,15
4,23
4,35
4,5
2
4,41
4,06
3,31
4,4
5,4
3
4,22
4,75
6,33
8,4
11,25
4
3,88
4,47
6,55
9,11
11,47
5
4,22
4,58
4,55
6,38
7,41
6
3,78
4,88
6,05
9,64
12,47
7
4,04
3,88
4,01
6,18
8,31
8
4,47
4,47
4,63
6,52
14,17

Kelompok/Perlakuan
Rerata Tinggi Tanaman
M-1
M-2
M-3
M-4
M-5
1
4,17
6,23
7,13
10,12
13,14
2
4,84
5,22
6,03
8,9
11,6
3
4,23
9,16
16,10
22,59
29,68
4
5,82
6,42
16,75
24,41
30,57
5
4,35
5,03
7,53
13,5
17,19
6
4,38
4,08
14,69
22,14
29,97
7
3,88
4,04
4,51
13,06
18,45
8
1,2
6,89
10,12
15,33
28,36




Tabel pengamatan panen
Kelompok
Jumlah akar
Rerata panjang akar
Berat biomassa
1
8
6,8
3 kg
8
9
8
7,5
2
14
7,33
4 kg
9
6,9
8
7,4
3
7
10,17
4 kg
6
6,17
1
9
4
5
11,8
6 kg
3
6,8
6
11,3
5
8
7,2
5 kg
5
14,3
5
8,1
6
8
7
3 kg
10
10,8
9
11
7
11
31
3 kg
10
18
6
12
8
12
7,3
5 kg
17
12,67
4
9

4.1 Pembahasan
            Seiring dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebutuhan gizi setiap individu untuk membantu  pertumbuhan dan perkembangan bagi tubuhnya, mereka memerlukan sayur untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Mereka sadar bahwa sayur sangat bermanfaat untuk tubuhnya, sehingga saat ini masyarakat banyak mengkonsumsi sayuran, salah satunya sayuran yang digemari masyarak Indonesia adalah sayuran sawi. Sawi banyak mengandung vitamin yang dibutuhkan oleh manusia. Ketersediaan benih sayuran bervariasi tergantung pada jenis sayurannya. Beberapa jenis sayuran ketersediaan benihnya masih sangat terbatas sedangkan beberapa jenis sayuran yang lain benihnya sudah tersedia dalam jumlah yang memadai. Ketersediaan benih buncis, bayam, wortel dan terung baru mencapai sepertiga dari total kebutuhan benih sedangkan untuk cabai, sawi dan tomat sudah tersedia lebih dari separuhnya. Sebagian dari kebutuhan benih sayuran dipenuhi dari benih yang diproduksi sendiri oleh petani atau dari sumber tidak resmi lainnya.  Dari sisi bisnis perbenihan, hal tersebut merupakan peluang untuk terus mengembangkan indutri benih sayuran (Anwar et al., 2005).
Keadaan alam Indonesia yang memungkinkan dilakukannya pembudidayaan sayuran, ditinjau dari aspek agroklimatolgis, Indobesia sangat potensial untuk pembudidayaan sayuran. Selain itu, aspek teknis, ekonomis, dan sosial juga sangat mendukung pengusahaan sayuran, di antara bermacam-macam sayuran yang dapat dibudidayakan adalah sayuran sawi. Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah, serta meningkatnya kesadaran dan kebutuhan gizi menyebabkan bertambhnya permintaan akan sayuran, termasuk sawi. Ditinjau dari segi bisnis, sawi layak diusahakan untuk memenuhi permintaan konsumen yang cukup tinggi dan peluang pasar internasional yang cukup besar. Sawi digemari oleh masyarakat Indonesia mulai dari masyarakat kelas bawah hingga kelas atas. Rasa dari sayuran ini mudah diterima oleh lidah sehingga sayuran ini berpotensi untuk dikembangkan (Rukmana, 2003).
          Pertumbuhan sayuran sawi di pengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam usaha sayur-sayuran, faktor panca usaha tani perlu mendapatkan perhatian agar produksi yang diharapkan dapat tercapai. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1.    Penggunaan benih/bibit unggul
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil.
2.    Pengolahan tanah
Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm.
3.    Pengairan
Pengairan yang mengandung arti memanfaatkan dan menambah sumber air dalam tingkat tersedia bagi kehidupan tanaman. Apabila air terdapat berlebihan dalam tanah maka perlu dilakukan pembuangan (drainase), agar tidak mengganggu kehidupan tanaman. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bils di tanam pada akhir musim penghujan.
4.    Pemupukan
Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah urea, TSP, dan Kcl sesuai dengan kebutuhan. 15 HST tanaman diberi pupuksusulan dengan urea 200 kg/ha dan KCl 75 kg/ha.
5.    Pengendalian hama dan penyakit
Untuk mencegah hama dan penyakit yang perlu diperhatikan adalah sanitasi dan drainase lahan. OPT utama adalah ulat daun kubis (Plutella xylostella). Pengendalian dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan Diadegma semiclausuma sebagai parasitoid hama Plutella xylostella. Jika menggunakan pestisida, gunakan pestisida yang aman dan mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya (Rahardi, 2004).
            Pengaturan jarak tanam sangat berkaitan erat dengan kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan jarak tanam yang rapat akan meningkatkan jumlah populasi namun kompetisi yang dialami tanaman juga semakin ketat. Kompetisi yang intensif antar tanaman dapat mengakibatkan perubahan morfologi pada tanaman, seperti berkurangnya organ yang terbentuk sehingga perkembangan tanaman menjadi terganggu (Harjadi, 1996).  Produksi tanaman yang maksimum dapat diperoleh dengan penerapan beberapa teknik budidaya yang tepat. Jarak tanam merupakan salah satu teknik budidaya yang mengatur tata letak dan populasi tanaman dengan jarak yang pasti menurut dua arah tertentu dalam satu area. Melalui pemilihan jarak tanam yang tepat tingkat persaingan antar maupun intern tanaman dapat ditekan serendah mungkin. Selain itu pemilihan jarak tanam juga dapat mengoptimumkan kemampuan tanaman dalam memanfaatkan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis seperti cahaya matahari, air dan hara. Jarak tanam ini juga diatur untuk mencegah timbulnya OPT nantinya dimana dengan terlalu rapatnya antar satu populasi akan membuat keadaan disekitar tanaman lembab yang nanatinya akan memicu pertumbuhan OPT seperti penyakit, dengan adanya penyakit tersebut akan mengakibatkan terjadinya kegagalan panen.
            Pada praktikum produksi tanaman sayur dimana disini dibagi menjadi 8 kelompok dengan jarak tanam yang berbeda antara kelompok ganjil dan genap. Kelompok genap jarak tanamnya 25 cm x 25 cm dan kelompok ganjil 20 cm x 20 cm. Dari kedelapan ini perlakuan yang diberikan oleh setiap kelompok berbeda tetapi pemberian dosis dan jenis pupuk sama, yaitu pada kelompok ganjil dosis pupuk yang diberikan sama semua, begitu pula dengan kelompok genap. Dosis pupuk yang diberikan semua sama dalam bedengan tetapi pemberian pupuk untuk setiap tanamannya berbeda, dimana pemberian dosis pupuk pertanaman lebih banyak pada kelompok genap hal ini terjadi karena populasi tanaman pada kelompok genap lebih sedikit yaitu 32 tanaman dari pada kelompok ganjil yang banyaknya populasiinya 50 tanaman. Pemberian pupuk ini disesuaikan dengan luas bedengan bukan sesuai populasi tanaman. Dengan ini didapat data hasil produksi tanaman pertumbuhan tanaman dari rerata jumlah daun pada minggu pertama rerata jumlah daun terbanyak pada kelompok 8 yaitu 4,47 paling sedikit pada kelompok 6 yaitu 3,78. Pada minggu ke-2 rerata daun terbanyak pada kelompok 6 dengan jumlah 4,88 dan paling sedikit pada kelompok 7 yaitu 3,88. Pada minggu ke-3 rerata daun terbanyak pada kelompok 4 dengan jumlah 6,55 dan paling sedikit pada kelompok 2 yaitu 3,31. Pada minggu ke-4 rerata daun terbanyak pada kelompok 6 dengan jumlah 9,64 dan paling sedikit pada kelompok 1 yaitu 4,35. Pada minggu ke-5 rerata daun terbanyak pada kelompok 8 dengan jumlah 14,17 dan paling sedikit pada kelompok 1 yaitu 4,5. Dari data jumlah daun di atas dapat kita simpulkan bahwa jumlah daun terbanyak dari minggu ke minggu selalu terdapat pada kelompok genap, sedangkan kelompok ganjil seringkali mendapat data jumlah daun terkecil hal tersebut diperkirakan karena dosis pupuk yang didapat oleh setiap populasi tanaman antara kelompok genap dan ganjil berbeda, dimana kelompok genap mendapat dosis yang lebih banyak dibandingkan kelompok ganjil, dan faktor yang lain adalah perawatan yang kurang, karena setiap tanaman setiap harinya mungkin daun terserang oleh penyakit atau dimakan hama sehingga akhirnya hilang dan faktor lain daun biasanya patah dan berkurang dengan sendirinya mungkin dikarenakan oleh hujan yang deras atau terkena oleh tangan manusia.
Data rerata tinggi tanaman yaitu pada minggu pertama rerata tinggi tanaman terbesar pada kelompok 4 yaitu 5,82 cm dan data terkecil pada kelompok 8 yaitu 1,2 cm. Pada minggu ke-2 rerata tinggi tanaman terbesar pada kelompok 3 yaitu 9,16 cm dan data terkecil pada kelompok-7 yaitu 4,04 cm. Pada minggu ke-3 rerata tinggi tanaman terbesar pada kelompok 4 yaitu 16,75 cm dan data terkecil pada kelompok-7 yaitu 4,51 cm. Pada minggu ke-4 rerata tinggi tanaman terbesar pada kelompok 4 yaitu 24,41 cm dan data terkecil pada kelompok-2 yaitu8,9 cm. Pada minggu ke-5 rerata tinggi tanaman terbesar pada kelompok 4 yaitu 30,57 cm dan data terkecil pada kelompok-2 yaitu 11,6 cm. Data di atas memberikan kita gambaran tingkat pertumbuhan tanaman dimana tanaman tertinggi pada semua minggu terdapat pada kelompok genap yaitu kelompok 4 kecuali pada minggu ke-2 yang didapat oleh kelompok 3 sedangkan tanaman yang terpendek selalu berubah-ubah. Seharusnya pertumbuhan tanaman paling tinggi terdapat pada tanaman kelompok genap, tetapi pada data yang didapat terutama pada tanaman terpendek kelompok genap masih masuk kelompok terpendek pada minggu-minggu tertentu. Hal tersebut terjadi karena tanaman yang dibudidayakan pada minggu ke minggu mesti ada yang mati sehingga mengurangi tingkat produksi tanaman dan di dalam bedengan masih banyak gulma yang tumbuh yang mengakibatkan adanya persaingan antara tanaman dengan gulma dalam merebut unsur hara. Dengan itu tanaman tak bisa menyerap unsur hara secara maksimal dan mengganggu pada pertumbuhan tanaman.       
            Data pengamatan panen yang menghitung jumlah akar, rerata panjang akar dan berat biomassa tanaman secara keseluruhan, pada pengamatan terakhir ini kita mengambil 3 tanaman terbaik. Data jumlah akar primer terbanyak adalah pada kelompok 8 yaitu 17 dan paling sedikit pada kelompok 3 yaitu 1. Rerata panjang akar terpanjang adalah pada kelompok 7 yaitu 31 cm dan yang terpendek pada kelompok 3 yaitu 6,17 cm. Dan berat biomassa paling tinggi adalah pada kelompok 4 yaitu 6 kg dan paling sedikit pada kelompok 1, 6, dan 7 dengan berat 3 kg. Data di atas membuktikan dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm dapat memberikan kemudahan bagi akar untuk berkembang banyak dan dapat menghasilkan barat biomassa yang tinggi dibandingkan dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Dapat kita ketahui bahwa produksi tanaman sawi lebih optimal dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm.   


Berdasarkan data yang diperoleh dapat dibuat grafik seperti berikut ini :
Grafik 4.1 Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi
Grafik 4.2 Rerata Tinggi Tanaman Sawi

Grafik 4.3 Pengamatan Jumlah Akar, Rerata Panjang Akar (Cm) dan Berat Biomassa Tanaman Sawi (Kg) Setelah Panen


BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1         Kesimpulan
Praktikum Produksi Tanaman Sayur yang telah dilakukan mendapat beberapa kesimpulan, yaitu:
1.        Prospek pengembangan tanaman sawi di Indonesia sangat bagus, karena masyarakat mulai menyadari pentingnya untuk mengkonsumsi sayuran dan juga ditinjau dari aspek agroklimatolgis, Indobesia sangat potensial untuk pembudidayaan sayuran. Selain itu, aspek teknis, ekonomis, dan sosial juga sangat mendukung pengusahaan sayuran.
2.        Pertumbuhan sayuran sawi di pengaruhi oleh beberapa faktor agar produksi yang diharapkan dapat tercapai. Faktor-faktor tersebut antara lain: penggunaan benih/bibit unggul, pengolahan tanah, pengairan, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit.
3.        Pengaturan jarak tanam sangat berkaitan erat dengan kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
4.        Penggunaan jarak tanam yang paling tepat bagi tanaman sawi sesuai praktikum yang telah dilakukan adalah 25 cm x 25 cm, karena pada jarak tanam ini dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi.

5.2         Saran
Pada praktikum ini jadwal pengamatan tidak sesuai dengan jadwal pertaman tanam sehingga data yang didapatkan juga tidak pas karena pengamatan yang dilakukan maju satu hari, yang seharusnya pengamatan pada hari ke-7 maju pada hari ke-6 dan seterusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anom, Edison. 2008. Efek Pemberian Tricho-Kompos Jerami Padi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi sawi Hijau (Brassica juncea L). SAGU Vol. 7 No. 2: Hal. 7-12.

Anwar, Aswaldi et al. 2005. Perbenihan Sayuran di Indonesia: Kondisi Terkini dan Prospek Bisnis Benih Sayuran, Indonesian Vegetable Seeds: Current Condition and Prospects in Business of Vegetable Seeds. Bul. Agron. Vol. 33 No. 1: Hal 38 – 47.

Harjadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Haryanto, Eko dkk. 1995. Sawi dan selada. Penebar Swadaya: Jakarta.

Herman S, et all. 2008. Kapasitas Petani dalam Mewujudkan Keberhasilan Usaha Pertanian: Kasus Petani Sayur di Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Malang Provensi Jawa Timur. Jurnal Penyuluhan Vol. 4 No. 1: Hal. 11-20.

Karida, Ketut I. 2000. Bercocok Tanaman Sawi. Gramedia: Jakarta.

Rahardi, F. 2004. Agribisnis Tanaman Sayur. Penebar Swadaya: Jakarta.

Rukmana, Rahmat. 2003. Bertanam Selada dan sawi. Kanisius: Yogyakarta.